Selain kronik Arah Kiblat Masjid, problematika Falakiyah lainnya yang hampir setiap tahun mulai sering diperdebatkan adalah perbedaan penetapan hari Awal Ramadhan, Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. Perbedaan mana bukan hanya membingungkan masyarakat awam dalam beribadah, tetapi juga telah ikut berkontribusi atas retaknya ukhuwah Islamiyah. Berangkat dari fenomena kontroversial di atas dan polemik Falakiyah lainnya yang bagaimanapun merupakan bagian dari problem klasik falakiyah yang sarat ijtihadiyah sejak ratusan tahun silam namun tetap aktual sampai sekarang. Maka Lembaga Falakiyah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Al-Ittihad Bima menyelenggarakan acara Falakiyah Weekend. Acara dimaksud berlangsung dari tgl. 24 September sd 01 Oktober 2022 yang meliputi beberapa kegiatan berupa Studium General, Round Table Discussion, Seminar Nasional dan Workshop Astronomi Islam.
“Di era digital seperti saat ini, ilmu Astronomi Islam relatif lebih mudah dipelajari. Karena berbagai rumus-rumus rumit astronomis dengan perhitungan yang pelik, berikut “segudang” data logaritma, ephimeris, dsb sudah tersimpan dalam beragama aplikasi yang tinggal digunakan secara instan”, terang H. Ismail Fahmi, SAG. selaku Kepala Subdit Hisab-Rukyat dan Syariah, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI dalam paparannya sebagai Narasumber Seminar Nasional dan Workshop Astronomi Islam di Hotel Mutmainnah Kota Bima pada hari Sabtu (01/10/2022) ybl.
“Namun demikian ilmu Falak konvensional tetaplah harus dipelajari karena merupakan khazanah Islam yang harus diwariskan dari generasi ke generasi. Itulah sebab, dalam satu-dua dekade terakhir telah banyak PTAIN/S di Indonesia yang membuka Program Studi Ilmu Falak. Dan sejak 2018 ybl Badan Kepegawaian Negara telah mengangkat puluhan CPNS alumni Prodi Ilmu Falak pada Kementerian Agama RI”, ujar Syech Fathurrahman dalam laporannya sebagai Ketua Panitia Penyelenggara.
Dengan mengusung tema ‘Mencetak Generasi yang Cerdas dan Mahir dalam Ilmu Astronomi Islam’ output dari kegiatan ini, menurut Dr. Muhammad Mutawali, MA. dalam sambutannya selaku Ketua STIS Al-Ittihad Bima: ‘Diharapkan nantinya akan dapat dibangun Observatorium Falak di Bima. Sehingga ke depan Bima juga bisa memberikan kontribusi Falakiyah yang lebih kongkrit bagi ibadah umat Islam dan pengembangan wawasan masyarakat akan Astronomi Islam. Kontribusi akademis ini tentu demi menunjang program Pemerintah di bidang agama dan pembangunan’. Maka partisipasi aktif para peserta yang terdiri dari para Kepala KUA dan Penyuluh Agama Kecamatan se-Kabupaten dan Kota Bima sebagai “ujung tombak” Kementerian Agama RI, para pengurus Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, Dewan Masjid Indonesia, Majelis Ulama Indonesia, dll) serta para Akademisi menjadi urgent dan strategis dalam mewujudkan paradigma baru Astronomi Islam yang berorientasi kepada unifikasi.

Ilmu Falak atau dalam sains moderen dikenal sebagai Astronomi sesungguhnya adalah kajian saintifik. Namun karena kajiannya spesifik yang berkaitan dengan ibadah umat Islam maka kemudian disebut Astronomi Islam. Itulah sebab, menurut Prof. Dr. Ahmad Thibraya. MA dalam paparannya pada Studium General seminggu sebelumnya (Sabtu: 24 September 2022) tentang Islam dan Sains bahwa pada masa kejayaan Islam periode klasik realita sejarahnya tidak terdapat dikotomi antara Agama dengan Sains. Juga tidak ada dikotomi gelar antara Ulama dengan Ilmuwan/Saintis, sehingga semuanya disebut sebagai Ulama. Filosof muslim yang hanya mendalami Sains disebut Ulama Kauniyah.

Laksana gayung bersambut, ghirah umat Islam Indonesia mulai menekuni Sains itupun ditangkap dan ditindak lanjuti oleh Kementerian Agama yang pada akhir dekade 1990-an atau awal abad 21 mulai mengintegrasikan Agama dan Sains di beberapa PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) di bawah Kementerian Agama dengan meningkatkan status IAIN menjadi Universitas Islam Negeri dengan membuka Fakultas Umum, seperti: Sains dan Tehnologi, Psikologi, Kedokteran, Ilmu Kesehatan, Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Sosial dan Politik. Sedangkan Keguruan diintegrasikan dengan Tarbiyah dalam satu Fakultas. Begitupun Humaniora diintegrasikan dengan Adab, Ilmu Dakwah diintegrasikan dengan Ilmu Komunikasi, serta Hukum diintegrasikan dengan Syariah.

Meski Lembaga Falakiyah STIS Al-Ittihad Bima baru tahun 2022 ini didirikan namun Falak secara teoritis sudah cukup lama diajarkan sebagai salah satu mata kuliah di STIS Al-Ittihad Bima yang telah berdiri sejak tahun 2005 silam. Sedang secara praksis kerja-kerja Falakiyah selama ini baru sebatas Kalibrasi Arah Kiblat dan waktu sholat. Adapun untuk Rukyatul Hilal belum pernah dilakukan karena tidak adanya peralatan dan kendala non-tehnis lainnya. Kegiatan ‘Falakiyah Weekend’ hasil kerjasama Lembaga Falakiyah STIS Al-Ittihad Bima dengan Subdit Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI ini diharapkan menjadi tonggak awal bagi Lembaga Falakiyah ini menjadi lebih profesional dan berkontribusi kepada bangsa dan negara lebih maksimal. Semoga. (Syech Fathur)