Kota Bima, Kahaba.- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Al-Ittihad Bima menggelar Wisuda Sarjana Strata Satu (S1) angkatan ke-16 Tahun Akademik 2025/2026 di Auditorium TGH M Said Amin Pondok Pesantren Al-Amin Kota Bima, Minggu 30 November 2025. Momentum wisuda tahun ini menjadi lebih bermakna karena mengusung tema “20 Tahun STIS AI- Ittihad Bima Mengabdi Untuk Bangsa,” sekaligus menandai dua dekade perjalanan lembaga pendidikan berbasis syariah tersebut sejak berdiri pada 22 Maret 2005.

Ketua STIS Al-Ittihad Bima Muhammad Mutawali saat sambutan menyampaikan, usia dua dekade bukan sekadar hitungan waktu, tetapi sejarah panjang pengabdian, perjuangan, dan kontribusi untuk umat, agama, dan bangsa.

“Usia 20 tahun adalah usia penuh energi, mimpi, dan karya. Ia bukan hanya angka, tetapi perjalanan yang membentuk identitas. Di dalamnya ada dedikasi, kerja keras, dan komitmen untuk melahirkan lulusan yang unggul, berdaya saing, bermoral, dan profesional,” ujarnya.

Ia menekankan, pengelolaan perguruan tinggi tidak hanya bertumpu pada infrastruktur, kurikulum, dan sistem, tetapi bertumpu kuat pada nilai kemanusiaan dan etika akademik.

“Keberhasilan kampus ini berakar pada komitmen amanah, integritas, kerja sama, dan nilai-nilai syariah. Dengan itulah STIS terus bergerak menuju masa depan,” ungkapnya pria yang menyandang gelar Doktor tersebut.

Mutawali menjelaskan, STIS kini telah terakreditasi BAIK oleh BAN-PT beserta dua program studi yang dimiliki yaitu Hukum Keluarga Islam dan Hukum Ekonomi Syariah.
Kampus ini juga telah ditetapkan sebagai Pengelola Program KIP Kuliah sejak 2021 serta menyediakan Beasiswa Unggul Bersyariah bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
Selain itu, STIS telah mengajukan dua program studi baru yakni Manajemen Keuangan Syariah serta Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang ditargetkan menjadi pintu transformasi menuju status Institut Syariah.

“Kita memasuki zaman serba digital dan era AI yang menuntut inovasi, kemampuan adaptif, dan kolaborasi yang lebih luas. STIS tidak boleh hanya bertahan, tetapi harus bergerak maju,” tegasnya.
Dalam pidatonya, Mutawali turut menyinggung kebanggaan masyarakat Bima atas dua capaian sejarah tahun ini, yakni Penetapan Naskah BO Sangaji Kai sebagai Ingatan Kolektif Nasional dan Penetapan Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional
Namun ia mengingatkan, penghargaan tersebut tidak berarti apa-apa jika generasi muda tidak memahami nilai syariat, dan moral yang pernah menjadi fondasi peradaban Bima.
“Untuk itu, STIS mengambil peran strategis melalui penyelenggaraan Festival Syariah 2025, sebagai bagian dari agenda Dies Natalis ke-20, dengan misi menumbuhkan kembali pemahaman syariat Islam dalam pendidikan dan masyarakat,” katanya.

Ketua Yayasan Pendidikan dan Dakwah Al-Ittihad Bima HM Furqan Laksamana saat sambutan selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati. Hari ini bukan sekadar akhir perjalanan akademik, tetapi awal tanggung jawab baru di tengah masyarakat. HM Furqan menekankan pesan “Jas Merah” – Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, sebuah pesan yang menurutnya sangat relevan bagi lulusan perguruan tinggi Islam.

Ia mengingatkan bahwa berdirinya STIS tidak lepas dari jejak panjang sejarah penyebaran Islam dan ditegakkannya syariat di Kesultanan Bima.
“Bima memiliki sejarah panjang sebagai daerah yang menegakkan syariat Islam sejak masa kesultanan. Para ulama, sultan, dan pejuang agama telah meletakkan pondasi kuat. Maka STIS bukan hanya institusi pendidikan, tetapi bagian dari warisan perjuangan itu,” tegasnya.

Ia berharap para lulusan tidak hanya membawa titel akademik, tetapi juga semangat keilmuan yang berlandaskan adab, dakwah, dan kontribusi nyata bagi umat.

Sekretaris Kopertais Wilayah XIV Mataram Muhammad Sa’i yang juga berkesempatan hadir dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada para wisudawan, serta menekankan pentingnya melanjutkan pendidikan, mengingat dunia kerja dan masa depan membutuhkan kualitas akademik yang terus bertumbuh.

“Hari ini bukan akhir, tetapi awal. Pendidikan harus terus ditempuh, dan jangan sekali- kali melupakan jasa serta pengorbanan orang tua,” pesannya.
Sementara itu, Dewi Ratna Muchlisa Mandyara yang dipercaya menyampaikan orasi ilmiah bertema

“Pahlawan Nasional Sultan Muhammad Salahuddin: Rumata Makakidi Agama, Pemimpin Penegak Syariat Islam di Bima” mengajak para lulusan meneladani tradisi keilmuan ulama Bima masa lalu yang rela merantau jauh, bahkan hingga Mekkah, untuk menuntut ilmu dan kembali mengabdi kepada masyarakat.

“Orang Bima memiliki sejarah panjang dalam kecintaan pada ilmu agama. Hari ini kalian meneruskan warisan itu. Jadikan gelar ini langkah menuju pendidikan yang lebih tinggi dan pengabdian yang lebih luas,” katanya.

*Kahaba-01